ilustrasi
Kemiskinan
walau dipandang merupakan hal yang tidak terpisahkan, akan tetapi momok ini
bukanlah hal yang telah lama menjadi diskursus di dunia. Ini telah menjelma
menjadi realita yang berkembang di seluruh dunia.
Terkhusus pada negara-negara
dunia ketiga sebagai negara-negara berkembang. Well being sering diasosiasikan
sebagai keadaan dimana tidak dalam
keadaan miskin jika ditelisik secara unidimensional. Akan tetapi,
definisi dari kemiskinan sendiri masih belum di formulasikan secara baku. Banyak
para peneliti dan penstudi masih melihat bahwa arti dari kemiskinan belum dapat
digeneralisir. Paul Spicker melihat bahwa kemiskinan seharusnya dilihat secara
multidimensional. Ada 11 poin dalam mendefinisikan kemiskinan yang satu sama
lainnya saling terkait.
Need, seseorang akan dilihat miskin jika dia tidak dapat
mengakses kebutuhan yang esensial sebagai penompang kehidupannya, seperti makan,
rumah. Standar of living, seseorang
dapat dikatakan miskin jika standar hidupnya dibawah standar yang telah
ditetapkan oleh lembaga terkait seperti WHO, ILO dan lainnya. Limited Resourses, kemiskinan dilihat
dari susahnya akses terhadap sumberdaya dalam pemenuhan kebutuhan dalam hidup. Ini
terjadi karena terbatasnya sumberdaya di dunia. Lack of Basic security, kebutuhan yang harus dipenuhi tidaklah
selamany sebagai kebutuhan yang bersifat materil, termasuk dialamnya kebutuhan
untuk merasa aman. Lack of Entitlement,
kurangnya kuasa terhadap akses hak terhadap dirinya sendiri. Multiple Devrivation, kemiskina terjadi
karena banyak faktor yang saling terkait. Exlucion,
dikucilkan dari kelompok masyarakat karena miskinya mereka. Inquality, kemiskinan terjadi karena
kurang tersebaranya sumberdaya secara merata, sehingga menghasilkan
ketimpangan. Class, kemiskinan juga
sebagai akibat adanya pembagian kelas atau
struktutr didalam masyarakat. Dependency,
kemiskinan juga diakibatkan oleh ketergantungan sehingga selalu membutuhkan
bantuan pihak lain. Dan Unacceptable
Hardship, adalah kemiskinan yang tidak dapat diterima secara moral.
Pembangunan
dan kemiskinan telah dilihat sebagai hal yang sangat berhubungan. Ini menjadi
isu baru yang muncul. Kemiskinan dipandang memiliki hubungan kausualitas dengan
pembangunan. Pembangunan yang gagal akan menghasilkan kemiskinan yang semakin
parah. Sedangkan kemiskinan dapat ditanggulangi melaui program-program
pembangunan. Sehingga lembaga yang mengurusi tentang pembangunan banyak yang
akhirnya terlibat dan penganggulangan kemiskinan telah bertransformasi menjadi
tujuan dari pembangunan itu sendiri. Implementasinya dari hal ini adalah Bank
Dunia juga mengukur kemiskinan dengan indicator yang ditetapkanya, yakni
melalui GNP. Akan tetapi hal ini banyak mendapat kritikan dari banyak pihak,
kurang memasukkan sisi-sisi humanis dan lingkunagn ditengarai membuat indicator
yang direapkan oleh Bank Dunia ini kurang relevan. Apalagi dengan fakta-fakta
tentang pembangunan sebagai instrument ekploitasi negara-negara berkembang oleh
negara-negara industri.
Susahnya
mendefiniskann kemiskinan telah membuat banyak orang mendefiniskan kemiskinan
secara satu sisi. Padahal kemiskinan sendiri
merupakan hal yang seharusnya dilihat secara holistik. Spicker melihat
bahawa setidaknya ada 11 hal yang mnajdi kata kunci dari kemiskinan. Sehingga setidaknya
kemiskinan dapat didefiniskan secara jauh lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar